SEARCH

Tuesday 2 September 2014

Seminar tentang Sosok Dan Pemikiran Amir Sjarifoeddin di Semarang

SEMARANG – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Semarang bekerjasama dengan Pusat Studi Teologi Sosial (PSTS) STT Abdiel Ungaran telah melaksanakan Seminar Kepemimpinan bertajuk Sosok dan Pemikiran Amir Sjarifoeddin dalam Revolusi Indonesia. Bertempat di STT Abdiel Ungaran pada hari Sabtu (23/5/2014), seminar tersebut membahas tentang sosok dan kiprah Bung Amir dalam sejarah Indonesia serta kontekstualisasi pemikiran dari seorang tokoh sejarah yang terlupakan tersebut.

Hadir sebagai pemakalah yaitu Hotman J. Lumban Gaol (wartawan tabloid Reformata) mengulas sosok dan kiprah sejarah Bung Amir serta pemakalah kedua yaitu Pdt. Rudiyanto MTh (ketua PSTS STT Abdiel) yang mengulas dalam pemikiran-pemikiran dari seorang Bung Amir. “Amir Sjarifoeddin adalah seorang sosok pemimpin yang pemberani, idealis, nasionalis dan pula religius” demikian ungkap Hotman J. Lumban Gaol saat menyampaikan makalahnya.


Dalam paparan makalah selanjutnya, Pdt. Rudiyanto mengatakan “Bagi Amir, pergerakan adalah pengejawantahan dari komitmen iman Kristen yang dihidupinya.” Hal itu pula yang diungkapkan oleh Bung Amir kepada Soemarsono (tokoh perlawanan dalam Pertempuran Surabaya) sehingga Pak Marsono sangat dekat kepada Bung Amir.

Pemersatu Kaum Pergerakan

Sumber: spartakusindonesia.wordpress.com
Rentetan kegagalan perjuangan melawan Belanda melatarbelakangi Bung Amir dan rekan-rekannya mendirikan GAPI (Gabungan Politik Indonesia) pada tahun 1939 dan kemudian dikenal dengan gagasan “Indonesia Berparlemen”. Menurut Rudiyanto, atas berbagai gerakan dan pemikiran politik yang dilakukan Bung Amir, sejak itulah ia dikenal dan diterima oleh hampir seluruh kelompok revolusioner. Bahkan, seandainya Bung Amir tidak ditangkap oleh Jepang kemudian, ialah tokoh yang dianggap layak membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Dalam perlawanannya, Bung Amir yang seorang sosialis dan nasionalis sejati, berhasil mempersatukan semangat perlawanan terhadap fasisme dan kolonialisme secara bersamaan melalui konsep kebangsaan. “Bagi Bung Amir, semua yang tinggal di Indonesia dan berkomitmen untuk kemerdekaan Indonesia adalah bangsa Indonesia tanpa membeda-bedakan agama dan warna kulit”, lanjut Pdt Rudiyanto. Bung Amir sangat menentang nasionalisme rasial menunjukkan sisi humanisnya yang mendalam.

Pahlawan (Nasional) yang Terlupakan

Menurut Hotman, konsistensi pergerakan Bung Amir menentang fasisme dan kolonialisme, sejak awal sebagai aktivis mahasiswa hingga menjadi Perdana Menteri, membuktikan ia pantas disejajarkan dengan tokoh lain seperti Bung Karno, Hatta dan Sjahrir yang menjadi pahlawan nasional. Pun dalam khotbah-khotbahnya, Amir Sjarifuddin getol menyuarakan suara kenabian serta menekankan nasionalisme orang Kristen untuk berdiri bersama kelompok lainnya memperjuangkan kemerdekaan bersama sebagai bangsa Indonesia.

Namun, sekarang Amir seolah dilupakan sebagai seorang tokoh besar Indonesia. Ia sering mendapatkan stigma negatif dan tuduhan yang tak pernah terbukti. “Saatnya kaum muda Kristen belajar dan menggali kembali sosok dan pemikiran Amir Sjarifoeddin” seru Hotman. Baginya, Amir Sjarifuddin pantas diperjuangkan menjadi Pahlawan Nasional dan membawa gagasan-gagasannya untuk menyelesaikan berbagai situasi kebangsaan hari ini.

Demikianlah presentasi-presentasi makalah disusul dengan tanya-jawab dan diskusi yang mengungkap perhatian peserta terhadap signifikansi dan relevansi Bung Amir, khususnya dalam dunia pergerakan kaum muda Kristen Indonesia masa kini. Hadir pula Setelah itu, Pdt. Denny Dwiatmadja Kristianto dari SPARTAKUS (Serikat Perjuangan Pemuda Kristen Untuk Sosialisme) Indonesia menyampaikan presentasi untuk memperkenalkan Visi, Misi, Asas, dan Asas Perjuangan SPARTAKUS Indonesia kepada peserta yang notabene para mahasiswa Kristen.

Kegiatan tersebut setidaknya dihadiri oleh 40an mahasiswa dan pemuda Kristen. Para peserta seminar bertekad untuk menghidupkan kembali spirit Bung Amir, yang berkomitmen pada Iman Kristen, Kebangsaan yang anti-fasis, dan Sosialisme!(*)

^Sumber dari Koran Spartakus Edisi Juni 2014 
source

No comments:

Post a Comment