selamat hari minggu.
kemarin (18-04-15), gmki smg ber-pa dengan pembahasan seputar doa: apa dan bagaimana.
pemateri,
undangan dari lpmi, membawakan pengajaran malam itu seperti khotbah
pada umumnya. menarik ketika ia mengawalinya lewat pembacaan kitab
kejadian 18:16-33 secara bersahut-sahutan. bacaan tsb mengisahkan
bagaimana allah yang maha kuasa itu berbincang dan bahkan mau
bernegosiasi dengan abraham. sungguh kemurahan hati ketika allah sendiri
yang membuka ruang komunikasi (ay. 20) dan negosiasi dengan hambanya
–abraham, yang hanya debu dan abu (ay. 27)– secara elegan tanpa
mengabaikan ketetapan tuhan sendiri (ay 19, 25, dst) bahwa manusia harus
menanggung konsekuensi tindakannya dan pada saat yang sama allah
mengasihi umatnya.
dengan demikian pengenalan akan allah
sangat penting bagi kita para pendoa. dari bacaan tsb setidaknya kita
mengenal sosok allah yang murah hati, setia pada hukumnya dan penuh
kasih.
tentu doa yesus sangat penting kita pelajari dan
cermati pula. yesus seorang pendoa dan mengajarkan bagi kita bagaimana
seharusnya berdoa (matius 6:5-15). yesus menyebut bahwa berdoa tidak
dilakukan seperti orang munafik agar diliat orang (ay 5-6). sekaligus
hal ini menyiratkan doa juga sebagai pertanda keintiman manusia dengan
sang allah. yesus mengenal bapa bahwa bapa mengetahui apa yang manusia
perlukan bahkan sebelum manusia memintanya (ay. 8), karena itu –menurut
yesus– dalam doa janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang
yang tidak mengenal allah.
pada bacaan itu pula, yesus sang teladan mengajarkan doa syafaat yang kita kenal dengan doa bapa kami.
***
perihal
doa memang sering menjadi diskusi panjang dlm hal definisi maupun tata
cara melakukannya. perbedaan makna sering berujung pada bermacamnya ala
hingga semacam doa proposal dan artifisial. kenapa macam-macam ini
penting untuk kita soroti? baik saya mencoba menguraikannya.
doa
sering dipahami sebagai untaian “proposal permohonan” dari manusia
–sebagai pemohon– kepada allah –sebagai termohon– agar dikabulkan.
selanjutnya, hal ini turut menggiring pendoa pada rasionalisasi bahwa
doa patut dimuati pengakuan eksistensi dan kebesaran subjektif termohon
agar kiranya ia mengabulkan permohonan si pemohon. pertanyaan kita
ialah: apakah signifikansi proposal tersebut (baca: doa) mengingat allah
bapa ialah maha mengetahui apa yang kita perlukan dan pada saat yang
sama bapa ialah bapa yang penuh kasih pun murah hati.
dalam
praksis sehari-hari, ada dua akibatnya dlm kehidupan pendoa sebagai
orang beragama: pertama, kita mencitrakan “seolah” allah sebagai sosok
yang haus pujian dan sedikit tau (kemungkinan menjadi doa yang
bertele-tele sangat masuk akal terjadi di sini); kedua, pada saat yang
sama pujian artifisial (doa) kita itu sering menjadi masa berakhirnya
fungsi kemanusiaan kita (terima beres).
***
sebagai
kader gerakan, berdoa ialah salah satu elemen penting dalam panca
kegiatan gmki. bahkan tidak berlebihan jika kita menyebut hal-ihwal
ber-gmki ialah berdoa. jauh sebelumnya, yesus berdoa: ut omnes unum sint
(yohanes 17:21). doanya menyejarah dalam gereja perdana, reformasi
gereja, inspirasi gerakan oikumene dunia hingga melahirkan gmki di
indonesia.
ketika yesus mengajarkan doa bapa kami,
yesus menekankan semacam prasyarat bagi kita untuk berdoa. ia menegaskan
bahwa karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, bapamu yang di
sorga akan mengampuni kamu juga dan sebaliknya jikalau kamu tidak
mengampuni orang, bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (matius
6:14-15).
doa yesus tidak menegasikan fungsi
kemanusiaan kita. bukan sebagai proposal dan pujian artifisial, malah
doa adalah secara tegas menunjukkan ikhtiar sekaligus tugas bagi manusia
itu sendiri dan ekspresi naturalnya akan keintiman manusia dengan yang
ilahi. dari sini kita dapar bahwa berdoa ialah sejalan dengan tugas dan
panggilan manusia sebagai orang percaya. dalam panca kegiatan gmki,
berdoa sejalan dengan tugas dan panggilannya, sejalan dengan gerak
organisasinya.
“ikhtiar sekaligus tugas” di dalam doa
itu dapat kita lihat dalam doa dan ajaran-ajaran yesus. ketika seorang
perempuan kanaan datang kepada yesus dan memohon untuk kesembuhan
anaknya yang kerasukan setan, yesus menjawab: hai ibu, besar imanmu,
maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. sekali lagi, yesus
secara jelas menunjukkan bahwa doa bukan sebagai proposal dan sebaliknya
menyadarkan si ibu bahwa iman-lah yang menjadi prasyarat agar kehendak
si ibu dapat terwujud. disini, ikhtiar menjadi serupa dengan iman.
akhirnya,
kita tak perlu terjerumus pada “perasaan” bahwa gmki perlu merombak
habis rupanya sebagai organisasi gerakan menjadi semacam gerakan
artifisial yang tampak sangat rohani dengan mengumbar macam-macam
doanya. pada saat yang sama, manifestasi keintiman dengan allah ialah di
dalam aksi dan pelayanan itu sendiri. keseluruhannya merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari apa yang kita sebut sebagai “apa bagaimana
kita harus berdoa”.
***
demikianlah
sedikit refleksi pribadi saya atas materi pa semalam. materi langsung
dari pemateri memang ada di luar bahasan ini karena banyak
ketidaksepahaman saya thp apa yang disampaikan. pun, saya menerima
masukan teman yang hendak menanggapi refleksi saya ini. terimakasih. ut
omnes unum sint.
semarang, 19 april 1015