SEARCH

Sunday 19 April 2015

GMKI Berdoa, Refleksi Pribadi PA GMKI Semarang 18 April 2015

selamat hari minggu.

kemarin (18-04-15), gmki smg ber-pa dengan pembahasan seputar doa: apa dan bagaimana.

pemateri, undangan dari lpmi, membawakan pengajaran malam itu seperti khotbah pada umumnya. menarik ketika ia mengawalinya lewat pembacaan kitab kejadian 18:16-33 secara bersahut-sahutan. bacaan tsb mengisahkan bagaimana allah yang maha kuasa itu berbincang dan bahkan mau bernegosiasi dengan abraham. sungguh kemurahan hati ketika allah sendiri yang membuka ruang komunikasi (ay. 20) dan negosiasi dengan hambanya –abraham, yang hanya debu dan abu (ay. 27)– secara elegan tanpa mengabaikan ketetapan tuhan sendiri (ay 19, 25, dst) bahwa manusia harus menanggung konsekuensi tindakannya dan pada saat yang sama allah mengasihi umatnya.

dengan demikian pengenalan akan allah sangat penting bagi kita para pendoa. dari bacaan tsb setidaknya kita mengenal sosok allah yang murah hati, setia pada hukumnya dan penuh kasih.

tentu doa yesus sangat penting kita pelajari dan cermati pula. yesus seorang pendoa dan mengajarkan bagi kita bagaimana seharusnya berdoa (matius 6:5-15). yesus menyebut bahwa berdoa tidak dilakukan seperti orang munafik agar diliat orang (ay 5-6). sekaligus hal ini menyiratkan doa juga sebagai pertanda keintiman manusia dengan sang allah. yesus mengenal bapa bahwa bapa mengetahui apa yang manusia perlukan bahkan sebelum manusia memintanya (ay. 8), karena itu –menurut yesus– dalam doa janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal allah.

pada bacaan itu pula, yesus sang teladan mengajarkan doa syafaat yang kita kenal dengan doa bapa kami.

***

perihal doa memang sering menjadi diskusi panjang dlm hal definisi maupun tata cara melakukannya. perbedaan makna sering berujung pada bermacamnya ala hingga semacam doa proposal dan artifisial. kenapa macam-macam ini penting untuk kita soroti? baik saya mencoba menguraikannya.

doa sering dipahami sebagai untaian “proposal permohonan” dari manusia –sebagai pemohon– kepada allah –sebagai termohon–  agar dikabulkan. selanjutnya, hal ini turut menggiring pendoa pada rasionalisasi bahwa doa patut dimuati pengakuan eksistensi dan kebesaran subjektif termohon agar kiranya ia mengabulkan permohonan si pemohon. pertanyaan kita ialah: apakah signifikansi proposal tersebut (baca: doa) mengingat allah bapa ialah maha mengetahui apa yang kita perlukan dan pada saat yang sama bapa ialah bapa yang penuh kasih pun murah hati.

dalam praksis sehari-hari, ada dua akibatnya dlm kehidupan pendoa sebagai orang beragama: pertama, kita mencitrakan “seolah” allah sebagai sosok yang haus pujian dan sedikit tau (kemungkinan menjadi doa yang bertele-tele sangat masuk akal terjadi di sini); kedua, pada saat yang sama pujian artifisial (doa) kita itu sering menjadi masa berakhirnya fungsi kemanusiaan kita (terima beres).

***

sebagai kader gerakan, berdoa ialah salah satu elemen penting dalam panca kegiatan gmki. bahkan tidak berlebihan jika kita menyebut hal-ihwal ber-gmki ialah berdoa. jauh sebelumnya, yesus berdoa: ut omnes unum sint (yohanes 17:21). doanya menyejarah dalam gereja perdana, reformasi gereja, inspirasi gerakan oikumene dunia hingga melahirkan gmki di indonesia.

ketika yesus mengajarkan doa bapa kami, yesus menekankan semacam prasyarat bagi kita untuk berdoa. ia menegaskan bahwa karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga dan sebaliknya jikalau kamu tidak mengampuni orang, bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (matius 6:14-15).

doa yesus tidak menegasikan fungsi kemanusiaan kita. bukan sebagai proposal dan pujian artifisial, malah doa adalah secara tegas menunjukkan ikhtiar sekaligus tugas bagi manusia itu sendiri dan ekspresi naturalnya akan keintiman manusia dengan yang ilahi. dari sini kita dapar bahwa berdoa ialah sejalan dengan tugas dan panggilan manusia sebagai orang percaya. dalam panca kegiatan gmki, berdoa sejalan dengan tugas dan panggilannya, sejalan dengan gerak organisasinya.

“ikhtiar sekaligus tugas” di dalam doa itu dapat kita lihat dalam doa dan ajaran-ajaran yesus. ketika seorang perempuan kanaan datang kepada yesus dan memohon untuk kesembuhan anaknya yang kerasukan setan, yesus menjawab: hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. sekali lagi, yesus secara jelas menunjukkan bahwa doa bukan sebagai proposal dan sebaliknya menyadarkan si ibu bahwa iman-lah yang menjadi prasyarat agar kehendak si ibu dapat terwujud. disini, ikhtiar menjadi serupa dengan iman.

akhirnya, kita tak perlu terjerumus pada “perasaan” bahwa gmki perlu merombak habis rupanya sebagai organisasi gerakan menjadi semacam gerakan artifisial yang tampak sangat rohani dengan mengumbar macam-macam doanya. pada saat yang sama, manifestasi keintiman dengan allah ialah di dalam aksi dan pelayanan itu sendiri. keseluruhannya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari apa yang kita sebut sebagai “apa bagaimana kita harus berdoa”.

***

demikianlah sedikit refleksi pribadi saya atas materi pa semalam. materi langsung dari pemateri memang ada di luar bahasan ini karena banyak ketidaksepahaman saya thp apa yang disampaikan. pun, saya menerima masukan teman yang hendak menanggapi refleksi saya ini. terimakasih. ut omnes unum sint.

semarang, 19 april 1015