SEARCH

Monday 21 July 2014

Pernyataan WSCF (World Student Christian Federation) atas memburuknya situasi di Gaza

Kami menolak setiap tindakan yang mengabaikan kemanusiaan
Kami tidak akan menjadi buta, tuli, bisu dan mengingkari akal
Gaza dan “keadilan” Israel yang semu

Apa yang harus dikecam? Apa yang harus dipahami? Apa yang harus dikedepankan? … Apa realitas di Palestina?

Baru-baru ini, The World Christian Student (Mahasiswa Kristen Seluruh Dunia) mengadakan program antar-regional bertajuk Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan mengunjungi Palestina untuk “datang dan melihat” lebih banyak akan realitas yang terjadi di sana. Diselenggarakan oleh gerakan mahasiswa Kristen di Palestina dan Gerakan Pemuda Ekumene Palestina (PYEM - Palestinian Youth Ecumenical Movement), kami berbagi visi demi perdamaian, keadilan, serta komitmen untuk bekerja dengan orang Muslim, Yahudi, saudara dan saudari di wilayah tersebut serta seluruh pihak yang berkomitmen pada perdamaian dunia dan kemanusiaan bagi orang-orang Palestina dan Israel.

Kami tak dapat berdiam diri atas peningkatan kekerasan yang terjadi di Gaza. Menjadi keharusan bagi kami untuk bergabung dengan Dewan Gereja se-Dunia serta lainnya untuk mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Israel. Kami mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap hidup, martabat dan kemanusiaan dari rakyat Palestina dan Israel. Kami akan membawakan situasi di Palestina kedalam sidang Majelis Umum kami untuk merumuskan kebijakan yang lebih spesifik.

Latar Belakang

Antara tanggal 12-30 Juni 2014, tiga pemuda Israel diculik dan dibunuh di Halhoul, Tepi Barat.

Pada Selasa 1 Juli setelah mendapat konfirmasi dari Polisi Israel atas pembunuhan pemuda Israel itu, seorang pemuda Palestina diculik, disiksa, disiram dengan bensin serta dipaksa meminumnya lalu dibakar hidup-hidup oleh sekelompok orang Israel sebagai aksi balas dendam.

Kejadian-kejadian yang mengerikan tersebut adalah tanggungjawab polisi yang bertugas.

Beberapa hari kemudian, sebuah kelompok yang menyatakan diri sebagai bagian dari ISIS (kelompok yang baru memproklamirkan diri sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah) di Palestina menyatakan diri bertanggung jawab atas pembunuhan.

Pemerintah Israel tanpa memiliki bukti dan terlanjur menyatakan bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah kelompok Hamas, menyatakan bahwa mereka akan menghukum semua orang yang bertanggung jawab.

Pertanyaan Kami

Ada berbagai pertanyaan dalam benak kami atas apa yang tengah terjadi.

Bagaimana mungkin untuk menuduh bahwa Hamas bertanggung jawab jika penyelidikan penuh belum dilakukan atau diselesaikan? Apakah pemerintah Israel mengambil keputusan politik di tengah penyelidikan oleh polisi terhadap pembunuhan tersebut?

Jika Hamas bertanggung jawab, mengapa mereka tidak menyatakan secara terbuka bahwa mereka bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan tiga pemuda Israel seperti aksi-aksi sebelumnya yang telah dilakukan militan Hamas?

Sebulan lalu, Otoritas Palestina menandatangani perjanjian dengan Hamas untuk mempemersatukan bangsa Palestina. Satu-satunya pemerintah yang menentang hal itu adalah Israel. Pada bulan Mei mereka menanggapinya dengan menahan uang pajak yang harus dibayar kepada Otoritas Palestina dan mereka sekali lagi berhenti partisipasi dalam proses perdamaian yang dimediasi Amerika Serikat. Apakah tindakan pemerintah Israel ini mencerminkan keinginan atas perdamaian atau justru usaha untuk melanjutkan penguasaan atas Palestina?

Dalam situasi normal, polisi kedua negara harus bekerja sama untuk menemukan pembunuh. Namun, dalam situasi berat sebelah antara pihak yang menjajah dan dijajah, apakah kolaborasi tersebut memungkinkan?

Bagaimana menjelaskan bahwa operasi pengeboman (drone, rudal, serangan udara) telah menewaskan sedikitnya 233 orang dan melukai lebih dari 1530 warga Palestina? Bagaimana pembantaian begitu banyak orang, serta penghancuran rumah dan tanahnya dapat dibenarkan? Apakah semua orang Palestina tersebut adalah pelaku pembunuhan tiga pemuda israel sebelumnya?

Mengapa pasukan Israel menyerang dan menargetkan infrastruktur sipil Palestina?

Siapa yang ingin menghancurkan harapan dan martabat penduduk Palestina ini? Bagaimana membandingkan kekuatan ekstrem yang diterapkan oleh pemerintah Israel dengan pembelaan Hamas? Bisakah kita memahami situasi ini akan mendorong orang Palestina menjadi nekat dan putus asa?

Mengapa pemerintah Israel tidak menghormati resolusi PBB dan hukum internasional? Jika ini tidak digunakan sebagai dasar untuk penyelesaian damai, lalu apa? Apakah kita harus menerima hukum rimba “law of the strongest”?

Mengapa dunia duduk tak berdaya dalam menghadapi kekerasan, korban jiwa, dan penyerangan terhadap prinsip-prinsip hukum, keadilan, dan peradaban?

Pada 17 Juli 2014 anak-anak sedang bermain sepak bola di pantai dan dibunuh oleh rudal Israel. Berdasarkan pemantauan wartawan Inggris, serangan pertama ketika kapal perang Israel melintas dan 3 lainnya setelah anak-anak mulai melarikan diri. Setidaknya 5 orang lain mengalami luka-luka. Kami bertanya lagi, apakah anak-anak muda yang bermain di pantai itu bersalah atas pembunuhan ketiga pemuda Israel? Lalu, apa tujuan sebenarnya dari serangan berkelanjutan Israel tersebut?

Apakah semua ini bukan suatu sinyal terjadinya sebuah genosida?

Panggilan dan Komitmen Kami

Para siswa dalam gerakan mahasiswa Kristen di Palestina dan atas panggilan akan tugas pelayanan Gerakan Mahasiswa Kristen se-Dunia (WSCF - World Student Christian Federation) demi penghentian kekerasan oleh pemerintah Israel menyatakan komitmen untuk bergabung dengan semua orang yang cinta damai dan mencari kedamaian sejati yang berkeadilan di wilayah tersebut.

Kami mendorong mereka yang terjebak di tengah pertikaian tiada henti kedua partai (Fatah dan Hamas) untuk menolak “siklus pembalasan demi pembalasan” yang terus memacu kekerasan di wilayah itu. Yang menjadi korban adalah warga sipil yang banyak di antaranya adalah anak-anak.

Sejarah telah mengajarkan bahwa kekerasan hanya menyebabkan kematian dan kehancuran. Pembalasan selalu berbuah pahit, dan mendorong harapan bagi perdamaian menjadi semakin jauh. Kami mendesak semua pihak untuk menghentikan siklus kekerasan dan duduk bersama di jalan damai, bukan balas dendam.

Siklus kekerasan dan ketidakadilan harus dihentikan demi membuka kemungkinan baru bagi perdamaian dan kemakmuran bangsa Palestina dan Israel.

Doa kami

…ditulis di atas selembar kertas di dekat tubuh seorang anak yang tewas di Ravensbrück dimana 92,000 perempuan dan anak-anak meninggal pada tahun 1945:
Ya Tuhan,
ingatlah bukan hanya para pria dan wanita yang berkehendak baik,
tetapi juga mereka yang berkehendak buruk.
Tapi jangan ingat penderitaan yang mereka berikan kepada kami,
ingatlah buah atas berkat dari penderitaan ini,
persahabatan kami, kesetiaan kami, kerendahan hati kami,
keberanian, kemurahan hati,
kebesaran hati yang telah tumbuh keluar dari semua ini.
Dan ketika mereka datang ke pengadilan
biarkan semua buah atas berkat yang kami tanggung
menjadi pengampunan bagi mereka.
AMIN AMIN AMIN
Christine Housel, Sekretaris Jenderal Horacio Mesones, Ketua
18 Juli 2014

*diterjemahkan dari sumber asli  http://wscf-europe.org/prayer-and-solidarity/solidarity-statement/worsening-situation-gaza/
 

No comments:

Post a Comment