Fadli Zon. Gerimis sore sambil ngopi, ku terkenang sama beliau ini.
Nama ini bagi saya bukanlah sembarang nama. Tak tanggung, Fadli ini
adalah jebolan universitas terbaik di negeri ini. Saya mau tanya,
orangtua mana yang tidak bangga bercerita dengan tetangga dan rekan
searisan jika anaknya adalah seorang mahasiswa Universitas Indonesia?
Fadli selain mahasiswa kampus ternama, ia juga menyabet gelar mahasiswa
teladan dan berprestasi 1994 dan segudang penghargaan lainnya jari
tangan tak cukup menampung. Maka tak heran, ketika para mahasiswa yang
tak membanggakan sibuk demo dan membikin macet jalanan di masa-masa
akhir orde baru, Fadli Zon melaju kencang sampai ke gedung MPR. Ya
beliau ini adalah anggota dari Utusan Golongan dari 1997-1999. Coba
tebak, masa itu mantan mahasiswa teladan ini berpihak pada siapa?
Menurut wiki, beliau lahir tahun 1971. Maka atas bantuan kalkulator,
usianya ketika melenggang ke gedung parlemen ialah 26 tahun. WTF! Ini
saja sudah bukti, dia bukan sembarangan orang. Saya teringat
poster-poster yang sering kita jumpai di media sosial atau kalimat
penggugah para motivator sukses: mau sukses mengapa harus menunggu tua?
Di usia belia 26 tahun, Zon sudah berbicara atas nama sekelompok
golongan Rakyat Indonesia --entah golongan apa, di gedung MPR yang
bentuknya aneh itu.
Sementara pemuda lain 26 tahun masih pada
galau dan patah hati, Fadli Zon sudah kenyang penghargaan mulai dari
macam-macam penghargaan dari Amerika sampai jadi kader Pengabdian
Masyarakat Golkar, sebuah partai terbesar pada masanya yang karyanya
untuk negeri tak mungkin bisa kau abaikan. Bahkan seorang Cobain pun
harus menunggu hingga usia 27 tahun (1 tahun lebih lama) agar mencapai
puncak kariernya, itupun harus dengan mampus karena overdosis. Ini jauh
dari idealisme anak muda harapan kita semua. HUH!
Tentu sudah
bisa dibayangkan betapa berbudi luhurnya seorang Fadli Zon yang menapaki
jejak kariernya selangkah demi selangkah itu. Ia adalah impian setiap
orang yang berbudi pekerti dan berkebudayaan Indonesia sejati. Mahasiswa
teladan dan berprestasi lalu mengabdi untuk bangsa dan negara Republik
Indonesia!! Dan bukankah bagi tiap tunas muda calon penerus bangsa akan
dibacakan doa demikian oleh siapapun yang lebih dewasa, berwawasan dan
soleh hatinya?
Sekarang, mengapa wajahnya yang tampan malah
difitnah sangat kejam bahwa dia artis iklan bintang Daia? Mengapa segala
tindak tanduknya dinyinyir seolah dia adalah makhluk paling tidak mutu
di republik ini? Ngaca dong! Sejauh apa kegantenganmu bisa mendekati
Zon? Sudahkah pula berprestasi seperti dia ketika mahasiswa? Atau
penghargaaan keteladanan apa yang sudah kita raih? Bukankah Zon yang
berhasil mewujudnyatakan segala harapan dan doa dari orang dewasa yang
berwawasan dan soleh hatinya?
Justru saya sendiri sedang
mengukur, seFadliZon apakah saya dalam mengisi hari-hari muda durjana
ini? Ah, seujung kuku pun tidak. Dan sementara kopi sudah mau habis,
sebenarnya Nikita Mirzani pun asik untuk diperbincangkan. Tapi lebih
baik menundanya untuk sementara waktu.
No comments:
Post a Comment