SEARCH

Wednesday 16 December 2015

Kita dan Fadli Zon

Fadli Zon. Gerimis sore sambil ngopi, ku terkenang sama beliau ini. Nama ini bagi saya bukanlah sembarang nama. Tak tanggung, Fadli ini adalah jebolan universitas terbaik di negeri ini. Saya mau tanya, orangtua mana yang tidak bangga bercerita dengan tetangga dan rekan searisan jika anaknya adalah seorang mahasiswa Universitas Indonesia?

Fadli selain mahasiswa kampus ternama, ia juga menyabet gelar mahasiswa teladan dan berprestasi 1994 dan segudang penghargaan lainnya jari tangan tak cukup menampung. Maka tak heran, ketika para mahasiswa yang tak membanggakan sibuk demo dan membikin macet jalanan di masa-masa akhir orde baru, Fadli Zon melaju kencang sampai ke gedung MPR. Ya beliau ini adalah anggota dari Utusan Golongan dari 1997-1999. Coba tebak, masa itu mantan mahasiswa teladan ini berpihak pada siapa?


Menurut wiki, beliau lahir tahun 1971. Maka atas bantuan kalkulator, usianya ketika melenggang ke gedung parlemen ialah 26 tahun. WTF! Ini saja sudah bukti, dia bukan sembarangan orang. Saya teringat poster-poster yang sering kita jumpai di media sosial atau kalimat penggugah para motivator sukses: mau sukses mengapa harus menunggu tua? Di usia belia 26 tahun, Zon sudah berbicara atas nama sekelompok golongan Rakyat Indonesia --entah golongan apa, di gedung MPR yang bentuknya aneh itu.

Sementara pemuda lain 26 tahun masih pada galau dan patah hati, Fadli Zon sudah kenyang penghargaan mulai dari macam-macam penghargaan dari Amerika sampai jadi kader Pengabdian Masyarakat Golkar, sebuah partai terbesar pada masanya yang karyanya untuk negeri tak mungkin bisa kau abaikan. Bahkan seorang Cobain pun harus menunggu hingga usia 27 tahun (1 tahun lebih lama) agar mencapai puncak kariernya, itupun harus dengan mampus karena overdosis. Ini jauh dari idealisme anak muda harapan kita semua. HUH!

Tentu sudah bisa dibayangkan betapa berbudi luhurnya seorang Fadli Zon yang menapaki jejak kariernya selangkah demi selangkah itu. Ia adalah impian setiap orang yang berbudi pekerti dan berkebudayaan Indonesia sejati. Mahasiswa teladan dan berprestasi lalu mengabdi untuk bangsa dan negara Republik Indonesia!! Dan bukankah bagi tiap tunas muda calon penerus bangsa akan dibacakan doa demikian oleh siapapun yang lebih dewasa, berwawasan dan soleh hatinya?

Sekarang, mengapa wajahnya yang tampan malah difitnah sangat kejam bahwa dia artis iklan bintang Daia? Mengapa segala tindak tanduknya dinyinyir seolah dia adalah makhluk paling tidak mutu di republik ini? Ngaca dong! Sejauh apa kegantenganmu bisa mendekati Zon? Sudahkah pula berprestasi seperti dia ketika mahasiswa? Atau penghargaaan keteladanan apa yang sudah kita raih? Bukankah Zon yang berhasil mewujudnyatakan segala harapan dan doa dari orang dewasa yang berwawasan dan soleh hatinya?

Justru saya sendiri sedang mengukur, seFadliZon apakah saya dalam mengisi hari-hari muda durjana ini? Ah, seujung kuku pun tidak. Dan sementara kopi sudah mau habis, sebenarnya Nikita Mirzani pun asik untuk diperbincangkan. Tapi lebih baik menundanya untuk sementara waktu.

No comments:

Post a Comment