SEARCH

Thursday 1 April 2010

Kenangan Kecilku Dengannya..

Masa kanak-kanakku dulu, ada seorang tokoh kebanggaan juga sahabat yang sampai kini selalu kukenang. Kupanggil dia Oppung Bum – Bum. Maklum, masa kecilku di akhir abad XX adalah masa awal pecahnya perkembangan teknologi menjadi serba super dan dahsyat seperti sekarang ini. Jadi memang aku masih merasakan bagaimana perasaan seorang anak yang sedemikian girangnya ketika duduk dan menaiki si roda empat sangat membanggakan dan menyenangkan. Kebiasaan ku hanya ada 2, duduk tepat di pangkuannya di depan kemudi atau berdiri tepat di belakang nya sambil terkadang menggodanya dari belakang. Gas teyuss Pung……

Sebagaimana seorang anak yang tumbuh berkembang, di suatu tempat yang mereka sering sebut ‘siantar man’ pada masa itu, sungguh kebanggaan yang tiada tara bisa menaiki mobil, keliling kota dan menikmati angin sepoi perjalanan yang memang karena belum populernya perkembangan ac (air conditioner) di dalam mobil barangkali. Makan mie pangsit di jalan surabaya, tiap hari minggu sebelum pergi sekolah minggu sering menikmati jajanan pagi yang dibeli dari warung acek di jalan surabaya dan tak jarang bangun di tengah malam hanya untuk menyantap mie panjang belakang deli yang fenomenal enaknya. Sungguh perjalanan masa kecil yang indah, penuh makna canda dan tawa bersama seorang sahabat kebanggaanku Oppung Bum-Bum. Top markotop…..

Pernah aku melarikan diri dari rumah. Malam minggu itu, seperti biasa tawaran menginap semalam di rumah oppung memang susah untuk ditolak. Mamak, yang terkadang mudah ditaklukkan, kekeuh untuk menahanku di rumah dengan alasan besok paginya harus bangun pagi berangkat sekolah minggu. Mengadu sama bapak,ahh seperti biasanya, apa kata mamaklah yang jadi. He..he.. Memang bisa dimaklumi karena sering tidur larut kalau lagi di rumah oppung. Betapa tidak, jam 8 selepas makan malam selalu bercerita dengan Oppung Bum-Bum dan Oppung Perempuan di teras rumah. Disitulah bermacam pertanyaan, petuah, dan cerita selalu dihadirkan kehadapanku juga kepada cucu oppung lainnya bang jaya, bang leo, dan gendo. Selepas itu ada saja lanjutannya sessioncurhat bersama tante ina dan tulang iton.

Karena itulah, dengan tekad bulat seorang anak sd, aku menyelinap keluar rumah sekira pukul 11 malam. Gubrakkk, ketahuan pintu rumah ada yang buka, mamak pun memanggil dengan suara khasnya, “daniiiiiiiiiii…..”. Sejurus kemudian aku sudah ada di depan pagar rumah oppung di seberang rumah, jalan bali nomor 5. Selanjutnya yang kuingat adalah aku menangis, karena menyesal seolah melawan orangtua barangkali. Ya iyalah, seorang anak baik melarikan diri dari rumah jam 11 malam untuk tidur di rimah oppung, mendapatkan mosaik indah masa kecil yang memang sungguh berarti sampai kini. Hehehe…………..

Yaa, begitu lah satu dari ribuan kenangan masa kecilku yang kerap kali menghias kalbu dan selalu ingin mengulanginya. Tanpa beban, karena sahabatku itu selalu mampu hadir mendinginkan suasana dan menghangatkannya kembali. Pernah kami berdua di rumah sedang memanaskan daging sampai gosong karena keasyikan cerita, dia bilang padaku, “..wah gosong daging kita mang(amang). Tapi inilah yang enak itu, mantap ini (daging gosong)” . Aku pun menyantap sajalah.. Ya, dia tak pernah ingin rasa kecewa hinggap di sanubari isteri, anak, boru, cucu, dan semua orang di sekelilingnya.

Lagu ‘husayang-sayang’ yang dinyanyikan berulang kali oleh bang jaya silalahi disampingnya pada acara tahun baruan januari 2001 itu mungkin sangat menyentuh hati oppung kami. “…lang pala ham botou tartawai.., hubotoh domma das sura-sura mu… Ongga do ham cinta hubakku.., ongga do ham husayang-sayang…”

Aku juga tertegun di hari ini mengenang petuah indah darinya. Ketika 8 tahun lalu, lagu borhat ma da inang terdengar dari music mobil tulang. “…ingot martamiang…”. Sambil duduk santai di Minggu pagi 1 April 2001 di teras rumahnya, dia berujar, “..tau kau artinya lagu itu, Dan? Artinya adalah supaya kau harus ingat berdoa, rajin berdoa..”. Setelah itu, berakhirlah kebersamaan kami. Di sore harinya, Yesus pun memanggilnya untuk kembali secara tiba-tiba seperti pencuri di malam hari. Seorang anak kelas 6 sd kehilangan sahabatnya. Dengan hati polos dan yakin aku berkata, ”..jauh di mata, dekat di hati..”. Inilah hubungan kami sekarang dan selamanya.

Sungguh betapa dia mencintai dan menyayangi kami demikian sebaliknya. Dia ingin kami semua menjadikan itu sebagai kekuatan yang menyatukan, menguatkan kami. Dalam satu buku Haleluya yang kerap dibawanya, aku mendapatkan tulisan tangannya. “Jadilah Manusia yang Tahan Uji.

Ya, segala ujian dalam hidup harus kita lalui tanpanya lagi, ada Yesus sahabat abadi yang selalu menguatkan. Kita selalu ditempah dengan segala masalah duniawi yang tak pernah berhenti. Dia ingin kita menjadi manusia, manusia yang tahan uji, manusia yang punya pengharapan, dan ingat berdoa kepada Tuhan.

…Hutonggohon do ham sayur matua haholongan, juppahan anak pakon boru na bujur…

(9 Tahun mengenang SB Purba Dasuha, Oppung BumBum yang selalu kurindukan. Seorang sahabat yang kubanggakan, Soul Brother mereka menyebutnya. Senyumanmu takkan hilang di dalam hatiku Pung, hati kami) - 1 April 2001 - 1 April 2010

Roma 5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Selamat Menjelang Paskah.
Dany Tupama Saragih
Tabik.

No comments:

Post a Comment